13 Januari 2012

Go Green?

"Go green", mungkin slogan itulah yang sering kita dengar pada saat ini. Banyak produk-produk, daerah perkantoran, iklan, serta proyek pembangunan menyantumkan slogan ini.
Untuk hal yang terakhir disebut, banyak sekali proyek-proyek pembangunan di Ibukota menggunakan slogan "Go Green". Mulai dari pembangunan gedung hingga pekerjaan gorong-gorong.
Ironisnya, penggunaan slogan "Go Green" tersebut tidak sejalan dengan kenyataan di lapangan. Pada pekerjaan konstruksi perlu adanya pembebasan lahan. Biasanya lahan yang dipergunakan merupakan lahan yang masih "hijau" atau masih banyak pohon-pohon maupun tumbuhan lain. Dengan adanya pekerjaan konstruksi tersebut, maka para pekerja konstruksi menyulap lahan hijau tersebut menjadi daerah yang gersang dan penuh dengan debu disebabkan ada nya pekerjaan konstruksi tersebut. Sebagai contoh, pekerjaan jalan layang non-tol kp.melayu-tanah abang. Dari tahun lalu sudah dilakukan pekerjaan jalan layang non-tol dari kampung melayu ke arah tanah abang. Di sepanjang jalan daerah tebet hingga terowongan casablanca, banyak terdapat pohon-pohon yang rindang. Begitu juga di daerah jl.prof. Satrio.
Sekarang dengan adanya proyek pembangunan jalan layang tersebut, keberadaan pohon-pohon itupun terancam. Walaupun pihak kontraktor menjanjikan seperti yang terpasang pada spanduk mereka, akan menggantikan setiap 1 pohon yang ditebang akan digantikan dengan menanam pohon sebanyak 10 pohon. Kita tidak tahu apakah pernyataan tersebut dapat terealisasi atau tidak. Hingga sekarang sudah berapa banyak pohon yang ditebang dan akan digantikan tidak jelas realisasinya. Alangkah lebih baik, pembangunan yang dilakukan berjalan selaras dengan alam, tanpa melakukan perusakan ataupun penabangan pohon. Karena itulah makna sebenarnya dari "Go Green".